Bolehkah ku menyerah ?
Hai, perkenalkan namaku Aleena Alexandra, biasa dipanggil Aleena. Aku menduduki bangku kelas 2 SMA. Aku adalah anak tunggal dari sepasang suami istri, yang bernama Jackson Alexandra dan Michel Delima. Keluarga kita memiliki ekonomi yang sangat baik. Mereka selalu mengusahakan yang terbaik untuk aku. Namun, mereka tidak menyadari bahwa mereka juga menyakiti diriku. Orang-orang yang hanya melihat dari luar bagaimana keluarga ku, mereka akan mengucapkan "Wah, keluarga yang sangat harmonis!" dan mereka iri dengan keluarga ku. Padahal, kalo di beri pilihan mau hidup atau tidak, aku akan memilih tidak. Kalau di beri pilihan mau bertukar keluarga dengan orang lain atau tidak, aku dengan semangat akan mengatakan "YA!" Disini, aku akan menceritakan separuh dari kisah hidup ku.
Pada hari Senin, seperti biasa aku akan berangkat sekolah dan diantar oleh sopir pribadi ku. Sebelum berangkat, aku memakan makanan yang sudah di hidangkan oleh chef keluarga ku. Seperti yang aku bilang tadi, aku berada di keluarga yang memiliki ekonomi sangat baik. Rumah ku besar dan luas, namun sepi. Kita memang tinggal di satu rumah, tapi kita hidup masing-masing. Lalu, apa beda nya dengan tinggal sendiri?
Setelah 15 menit perjalanan, aku pun sampai di sekolah. Aku bertemu dengan teman-teman ku, dan kita berbincang santai sebelum bel masuk berbunyi. Kita saling bertukar cerita tentang hari libur kemaren. Teman-teman ku menghabiskan waktu dengan keluarga nya, sedangkan aku hanya menghabiskan waktu di kamar sambil menunggu hari esok tiba, karena orang tua ku selalu sibuk dengan pekerjaannya ☺.
*Kriingggg..... Suara bel berbunyi, menandakan pelajaran akan di mulai.
"Selamat pagi anak anak.." Ucap bu Risa, guru matematika yang akan mengisi pelajaran pertama.
"Selamat pagi bu Risa.." Jawab kami.
"Hari ini kita ulangan matematika ya, semua buku di kumpulkan di meja guru." Ujar bu Risa.
"Loh bu? bu Risa ga bilang kalo bakal ulangan di pertemuan sebelumnya" Protes Rio.
"Emang harus bilang? bukannya kalian belajar di rumah? jadi pasti bisa kan jawab soal nya" Kata bu Risa.
"Udah, sekarang kumpulkan buku di meja guru, saya akan bagikan soal nya, waktu pengerjaan 20 menit." Tambah bu Risa.
Ulangan pun berlangsung. Karena aku semalem belum belajar, dan hari ini badan ku kurang fit, aku sedikit putus asa di ulangan kali ini. Aku tahu bakal di marahin kalo nilai ulangan ku ngga 100, tapi untuk kali ini aku ga peduli.
Semua pelajaran di hari senin pun telah selesai. Saat jam pulang, bu Risa mendatangi kelas ku dan membagikan hasil ulangan tadi pagi. Perasaan takut menyelimuti diriku. Nilai ku pasti jelek, aku pasti kena marah mama papa :(((
"Anak anak, ini nilai ulangan kalian ya, yang nilai nya di bawah 75 besok ke ruangan saya." Ucap bu Risa sambil menaruh nilai ulangan kita di meja guru, lalu langsung meninggalkan kelas.
"Aduh nilai ku pasti jelekk" Oceh Cia.
"Nilai ku jugaa jelek deh kayaknya, jadi takut liat.." Saut Ratna.
"Kayaknya nilai kita sekelas juga jelek, lagian bu Risa ulangan nya tiba-tiba banget" Kata Rio.
"Tau tuh, semoga di perjalanan pulang bu Risa nginjek tai sapi !" Kata Adi kesal.
"Hust, gaboleh gituu, gimana pun bu Risa juga guru kita" Kata Alsa.
"Mau nilai kalian jelek atau bagus, terimakasih sudah berusaha yaa teman-teman, udah jangan ribut, yuk ambil kertas nya" Ujar ku menenang kan teman-teman ku.
"Iya deh, yukk guys. Tapi nilai Aleena pasti bagus, makanya dia santai" Jawab Cia.
Setelah aku mengambil kertas ulangan, aku langsung pulang karena sudah di tunggu oleh sopir ku di depan sekolah. Sementara itu, teman-teman ku masih ribut akan hasil ulangan mereka.
∼∼∼∼∼∼∼∼∼∼∼
Saat sampai di rumah, aku langsung pergi ke kamar lalu mandi. Setelah itu aku pergi ke ruang keluarga untuk menunggu orang tua ku pulamg sambil nonton tv. Aku sangat takut bertemu dan membahas nilai ku yang jelek, tapi yasudah lah シ
*Bruummm... Terdengar suara mobl memasuki garasi, tak lain dan tak bukan itu adalah mobil mama dan papa.
"Aleena, papa mama pulang" Ucap papa sambil sedikit berteriak.
"Iyaa pa, ma" Jawabku sambil berlari turun ke bawah.
"Hari ini, gimana sekolahnya Leena?" Tanya mama.
"Berjalan baik seperti biasa kok ma, tapi ada yang mau aku ceritain ke mama papa" "Jawabku.
"Apa ituu? kita ngobrol di ruang keluarga yuk" Ajak papa. Lalu, kita pun pergi ke ruang keluarga.
- Di ruang keluarga -
*Plakk. Papa menampar ku setelah aku menceritakan semuanya, dan mama bukannya membela ku, namun ikut memarahi ku. Oh God, semoga aku masih hidup setelah ini.
"Coba jelasin, kenapa nilai kamu bisa jelek ?" Pintah papa.
"Itu ulangan nya dadakan pa, aku belum sempat belajar. Badanku juga lagi kurang sehat..." Jawabku.
"Hari Minggu bukannya kamu libur ? Kenapa ga belajar ?" Tanya mama.
"Ya aku mana tau kalo bakal ulangan.. Jadi aku pake buat istirahat" Kataku menjelaskan.
*Plakk. Papa menampar ku sekali lagi.
"Banyak alasan! Kamu sudah kita kasih hidup enak, tapi dapet nilai bagus aja kamu gabisa?" Bentak papa.
"Tapi nilai ku 85? Itu masih bagus daripada teman-teman ku" Jawabku.
"Kamu lupa kata mama papa saat kamu memasuki SMA? NILAI KAMU HARUS 100 LEENA! MAU JADI APA KAMU KALAU NILAI AJA JELEK?" Bentak mama sambil menjambak rambut ku.
"Tapi hanya sekali nilai ku jelek? Biasanya juga 100 kan ma, pa? " Tanpa sadar aku menangis....
"Kapan kalian bangga sama pencapaian ku? Aku belajar mati matian buat dapetin nilai 100, tapi kalian bahkan gapernah ngucapin 'Mama papa bangga sama kamu nak'. Sekarang, nilai ku 85 kalian se marah ini? Bahkan rela memukul ku. " Bela ku.
"Udah berani ngelawan kamu ya? Siapa yang ngajarin kamu begitu hah? " Bentak papa sambil memukuli ku.
"Kamu udah enak ya kita kasih uang, rumah, makanan, fasilitas mewah. Tapi belajar aja kamu gabisa? " Tambah mama.
"KALIAN PIKIR HANYA MENGASIH KU UANG BERARTI SUDAH MENYAYANGIKU? KALIAN AJA SIBUK SAMA URUSAN KALIAN SENDIRI! KAPAN KALIAN PEDULI SAMA AKU? AKU GA BUTUH UANG MA, PA. AKU HANYA BUTUH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN KALIAN! " Bentak ku.
"Dasar anak durhaka! Ga tau terimakasih ya kamu" Mama menjambak rambut ku lagi.
"Udah ma, biarin. Leena, nanti kamu ke ruang kerja papa. " Kata papa sambil meninggalkan ruang keluarga. Mama mengikuti papa keluar ruangan.
"Busuk! Dipikir aku gatau mereka saling selingkuh? Lalu mengapa mereka sok peduli dengan nilai ku? Ya Tuhan, sampai kapan aku hidup begini? Keluh ku sambil terus menangis.
- Saat malam hari -
Aku duduk di meja belajar sambil menangis dan juga mengompres luka lebam hasil cambukan papa tadi di ruang kerja nya. Aku mendengar suara gelas dan piring pecah. Suara lemparan barang yang ada di rumah sangat berisik. Ya, itu ulah papa mama. Tadi aku menunjukkan bukti ke mereka kalau mereka saling selingkuh 😂. Setelah ini, akan kah mereka cerai? atau memperbaiki rumah tangga? aku ga peduli. Rasain tuh! Aku pun pergi tidur dengan keadaan berisik di luar.
〜〜〜〜〜〜〜〜〜
Setelah seminggu kejadian itu berlangsung, saat malam hari mereka memanggilku ke ruang keluarga. Sepertinya aku tau tujuan mereka memanggilku :)
"Ada apa ma, pa? " Tanyaku saat memasuki ruang keluarga. Suasana hening selama 5 menit.
"Papa mama mau cerai, Aleena ikut siapa? " Papa membuka suara.
"Tuhkan udah aku duga" Batinku. Aku diam beberapa menit sebelum menjawab. Aku bahkan gaada tenaga untuk menangis 😀
"Aku ga ikut salah satu dari kalian. " Jawabku.
"Aleena? " Tanya mama.
"Iya, aku ga bercanda. Aku ga ikut salah satu dari kalian. " Aku memperjelas kata ku barusan.
"Aku ga mau mengusik kehidupan kalian dan keluarga baru kalian nanti, tapi aku memiliki satu permintaan untuk terakhir kali nya." Tambah ku.
"Apa permintaan itu, nak? " Tanya papa.
"Rumah ini menjadi atas nama ku saat aku umur 18 nanti. Karena aku masih anak kandung kalian, aku minta dikasih uang bulanan 5 juta dari kalian berdua. Itu untuk aku bertahan hidup. " Jelasku.
"Apa itu saja, sayang? " Tanya mama memastikan.
"Ya. Aku lebih bahagia hidup sendiri daripada ikut salah satu dari kalian. Satu lagi, uang bulanan tidak boleh telat. " Kataku.
"Oke, papa setuju." Jawab papa.
"Ya, mama juga setuju." Jawab mama.
"Kalau kamu kesepian, kamu boleh suruh mama kesini kok, Leena." Kata mama.
"Aku gaakan kesepian. Dan kalian jangan mengunjungi rumah ini lagi setelah resmi ber cerai. Btw, kapan kaian akan ber cerai?" Jawabku.
"3 minggu lagi." Kata mama papa kompak.
"Oke." Jawabku, lalu aku pergi meninggalkan mereka.
- 3 minggu pun berlalu, dan hari per ceraian orang tua ku tiba -
Saat mereka resmi bercerai, dan kita masih di pengadilan, mama papa memeluk ku untuk terakhir kali nya. Sudah lama rasanya tidak merasakan pelukan hangat mereka. Aku rindu, sangat rindu dengan pelukan ini. Namun kita tidak bisa lama berpelukan karena mereka sudah di tunggu oleh keluarga baru mereka.
Aku kesal, kenapa mereka memilih ber cerai daripada memperbaiki rumah tanggga kita? kenapa mereka memilih membuka lembaran baru dengan orang lain daripada dengan ku? kenapa mereka tidak memikirkan aku? lalu, aku lari ke siapa saat hari ku buruk dan butuh pelukan?
Sesampai nya aku di rumah, aku langsung berlari menuju kamar dan menangis. Rumahku kini sepi, sangat sepi. Pasti mereka disana sedang tertawa bersama keluarga baru mereka. Sedangkan, aku disini menangis, tanpa ada yang memelukku ;(
Selamat berbahagia mama, papa.
♡♡♡♡♡♡
Pict by: Pinterest
Story by: Ardelia Dentiana Callysta imup 😙
Komentar
Posting Komentar